Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten

"Mari kita jalin rasa kekeluargaan diantara kita"

Klaten Mulai Berlakukan Siaga Darurat Kekeringan

Dok.Timlo.net/ Rori

Dok.Timlo.net/ Rori

Kekeringan di Klaten, petani jual tanah untuk batu bata.

Klaten –  Mulai hari ini, Selasa (16/9), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten memberlakukan status Siaga Darurat Kekeringan menyusul makin sulitnya air bersih di beberapa wilayah di Klaten.

Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sri Winoto mengatakan, Senin (15/9), surat penetapan darurat kekeringan sudah ditandatangi Bupati Klaten. Pasalnya, darurat kekeringan ini terjadi lantaran imbas musim kemarau tahun ini lebih luas dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Pada 2013, terdapat 28 desa yang mengalami krisis air bersih. Sedangkan tahun ini meningkat menjadi 34 desa. Desa-desa itu berada di wilayah Kecamatan Kemalang, Jatinom, Manisrenggo, Karangnongko, Tulung, dan Kecamatan Cawas,” urai Sri Winoto, Selasa, (16/9).

Sri Winoto menambahkan, dengan status siaga darurat kekeringan itu, maka BPBD Klaten bisa mengambil tindakan lebih luas, selain rutinitas mendroping air bersih kepada warga.

“Setelah penaikan status ini, kami tidak hanya melakukan pendistribusi air saja, tapi juga melakukan perbaikan sumur maupun pipanisasi terguntung prioritasnya nanti,” tambahnya.

17 September 2014 Posted by | Bencana, Pertanian | , | Tinggalkan komentar

Ditinggal Lamaran, Rumah PNS Ludes Terbakar

dok.merdeka.com

dok.merdeka.com

(Ilustrasi) Pemadaman kebakaran

Klaten – Nasib sial menimpa rumah seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Bagian Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Klaten. Pasalnya, rumah milik Agus Purwandi (53) warga Tegal Dalem, Mlese, Cawas itu habis dilalap si jago merah lantaran ditinggal mengantar lamaran nikah ke luar kota. Kendati tak ada korban jiwa, korban menanggung kerugian hingga Rp 200 juta.

Kebakaran sekira jam 08.00 WIB ini kali pertama diketahui tetangga korban, Suparno (64). Saat itu, saksi melintas di lokasi kejadian penasaran melihat kepulan asap tebal keluar dari atap rumah korban. Saksi kemudian melapor kepada warga dan melakukan pemeriksaan.

“Saat itu rumah dalam keadaan sepi. Saat kami datang, api sudah terlanjur membesar dan sulit dipadamkan. Padahal, kami telah melakukan pemadaman dengan alat seadanya,” ucap Suparno.

Tak lama kemudian, dua unit mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian. Petugas kepolisian dan warga, serta petugas pemadam kebakaran langsung menyemprotkan air ke titik api. Setelah berjuang selama beberapa saat, api akhirnya berhasil dipadamkan pukul 10.15 WIB.

Beberapa anggota pemadam kebakaran berhasil menyelamatkan sejumlah perhiasan milik korban. Dengan disaksikan perangkat desa dan anggota keluarga, perhiasan itu diserahkan kembali kepada korban.

“Dugaan sementara, kebakaran ini terjadi akibat korsleting listrik di ruang depan. Hampir semua bangunan ludes terbakar dan menyisakan bangunan yang ada di samping dan kandang. Untuk semua perabotan dan harta benda yang lain ikut hangus dilalap api,” urai anggota unit pemadam kebakaran, Irwan Santosa.

29 Agustus 2014 Posted by | Bencana, Mlese | , | Tinggalkan komentar

Jadi Langganan Banjir, Pemdes Mlese Klaten Minta Embung

Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Untuk mengatasi terjadinya banjir, Pemerintah Desa (Pemdes) Mlese, Kecamatan Cawas, Klaten, mengusulkan pembangunan embung di kawasan setempat kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten. Pemdes Mlese pun telah menyiapkan lahan seluas 5.000 meter persegi untuk pembangunan embung tersebut.

Kepala Desa Mlese, Sanyoto, mengatakan usulan tersebut sudah disampaikan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Klaten belum lama ini. Menurutnya, banjir yang selalu menggenangi kawasan setempat setiap musim hujan tiba harus diberikan solusi.

“Banjir selalu menggenangi Desa Mlese sehingga harus ada solusi yang tepat. Oleh sebab itu, kami mendesak Pemkab untuk merealisasikan pembangunan embung di kawasan Mlese, Cawas supaya banjir tidak lagi datang,” paparnya kepada Solopos.com di lokasi, Jumat (16/5/2014).

Lebih lanjut, pihaknya mengaku sudah menyiapkan lahan seluas 5.000 meter persegi untuk dijadikan embung. Menurutnya, lahan tersebut merupakan tanah khas desa yang sebagian tidak produktif. Sedangkan, sebagian lainnya merupakan tanah bengkok dari perangkat desa.

“Dari seluas 5.000 meter persegi itu, 2.000 meter persegi di antaranya tidak produktif dan sisanya merupakan bengkok perangkat desa. Nantinya, bengkok perangkat akan dipindah ke tempat yang lain,” imbuhnya.

Dengan adanya embung itu, pihaknya berharap Desa Mlese tidak akan kebanjiran lagi. Pasalnya, desa sudah memiliki tampungan air dari embung tersebut. “Selain bermanfaat untuk mencegah terjadinya banjir, air tampungan dari embung juga bisa bermanfaat saat musim kemarau. Sebab, saat kemarau di kawasan Mlese juga menjadi langganan kekeringan,” tandasnya.

17 Mei 2014 Posted by | Bencana, Mlese | | Tinggalkan komentar

Ratusan Rumah di Mlese Tergenang Air Sungai

Solopos.com, KLATEN — Hujan lebat yang terjadi Selasa (13/5/2014) malam mengakibatkan Sungai Katul di Desa Mlese, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah meluap. Pintu air di sungai itu yang tidak berfungsi membuat aliran air sungai terhambat dan air pun meluber ke perkampungan setempat.

“Sungai Katul di Desa Mlese meluap karena pintu dam Widoro rusak dan tidak bisa dibuka. Akibatnya air meluap di jalan, pekarangan, dan permukiman di warga RW 002 Dusun Mlese, Desa Mlese. Tapi, tidak ada yang mengungsi karena tadi pagi [Rabu, 14/5] air mulai surut,” kata Camat Cawas M. Nasir saat dihubungi Solopos.com, Rabu.

Ia menambahkan meluapnya air tersebut juga menggenangi lima hektare lahan persawahan dengan usia tanaman sekitar satu bulan. Ketinggian genangan air di lokasi tersebut sempat mencapai 60-70 sentimeter.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten telah mengecek kondisi permukiman warga Mlese yang tergenang air luapan Sungai Katul. Saat itu, air menggenangi ratusan rumah di tiga RT di Dusun Mlese, Desa Mlese.

“Banjir di Desa Mlese akibat meluapnya air di sungai yang ada di desa setempat. Selain itu, pintu air di sungai itu juga tidak berfungsi sehingga tidak bisa dibuka dan menghambat aliran air sungai. Saat kami menerima laporan tadi pagi [Rabu], ketinggian air yang menggenangi permukiman warga mencapai 60-70 sentimeter,” kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Klaten, Sri Winoto, kepada wartawan, Rabu.

Ia menambahkan tingginya air  tersebut mengakibatkan aktivitas warga terhenti. Air juga mengenangi SD Negeri 2 Mlese sehingga siswa terpaksa diliburkan. Namun, sekitar pukul 10.00 WIB, air mulai surut sehingga ketinggiannya tinggal 10-30 sentimeter. Menurut Winoto, pada Mei sebenarnya sudah memasuki musim kemarau, tetapi ternyata curah hujannya masih tinggi. Ia pun mengimbau warga tetap waspada karena cuaca yang tidak menentu.

17 Mei 2014 Posted by | Bencana, Mlese | , , | Tinggalkan komentar

Sawah Terendam, Puluhan Petani Desa Karangasem Kebingungan

KLATEN, suaramerdeka.com – Puluhan petani di Desa Karangasem, Kecamatan Cawas kebingungan. Pasalnya, mereka tidak punya uang lagi untuk menanam padi setelah lahan terendam air bah Minggu malam. Singgih, petani Dusun Jonggo, Desa Karangasem mengatakan petani hanya bisa pasrah.” Untuk tanam ulang uangnya dari mana,” katanya, Selasa (8/4).

Menurutnya kerugian petani pada satu petak lahan yang terendam saja sekitar Rp 3 juta. Padahal ada yang punya dua atau tiga petak. Kerugian sejumlah itu dihitung dari biaya olah lahan, benih dan pupuk. Bagi petani perbatasan yang minim penghasilan uang sejumlah itu sangat sulit didapat.

Petani hanya berharap ada bantuan dari pemerintah. Tanpa bantuan petani tidak akan tanam ulang. Bantuan diharapkan langsung ke petani sebab berdasar pengalaman sebelumnya bantuan tidak merata di petani. Bahkan ada yang tidak menerima dan bantuan tidak jelas ke mana.

Toyo, petani lain mengaku pasrah dan tidak akan mampu tanam ulang sebab hanya hidup sendirian dan menggarap sawah sendiri. “Untuk makan saja susah apalagi kalau tanam lagi,” jelasnya.

Terlebih di sawahnya air bah membawa pasir dan ranting pohon. Untuk membersihkan pun dia tidak sanggup dan tanaman padinya yang umur dua pekan dipastikan mati tertimbun pasir.

Air bah itu datang Minggu malam sebab tanggul jebol 25 meter. Jebolan tanggul menyebabkan air menerjang lahan. Kabid tanaman pangan dan hortikultura Dinas Pertanian Pemkab Klaten, Ir Joko Siswanto mengatakan petani bisa mengajukan bantuan dan nantinya akan disampaikan ke pemerintah pusat.

( Achmad Hussain / CN26 / SMNetwork

10 April 2014 Posted by | Bencana, Karangasem | , | Tinggalkan komentar